Sejarah Kelam yang Menjadi Misteri Stasiun Radio Malabar Bandung
--
Mapelku.com - Wilayah Bandung tidak hanya dikenal dengan bentang alamnya yang menawan, namun juga menyimpan sejarah menarik yang patut untuk diketahui. Salah satu tempat yang menyimpan kisah sejarah tersebut adalah di Gunung Puntang yang terletak di Pegunungan Malabar, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung.
Baca juga: 6 Manfaat Tersembunyi Teh Serai yang Tak Banyak Diketahui Orang, Bisa Mengatasi Kejantanan
Pada tahun 1917 hingga 1923, pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah stasiun pemancar radio yang dikenal dengan nama stasiun radio Malabar. Tujuan pembangunan stasiun ini adalah untuk komunikasi antara Indonesia, atau yang saat itu dikenal sebagai Hindia Belanda, dan pemerintah kolonial Belanda. Ini merupakan langkah penting dalam mengembangkan saluran komunikasi pada masa itu.
Pembangunan stasiun radio ini menggunakan teknologi paling mutakhir, dan diresmikan pada tanggal 5 Mei 1923 oleh Dr. Cornelis Johannes de Groot, seorang insinyur listrik terkenal asal Jerman. Sistem operasi canggih yang digunakan pada tahun 1923 memungkinkan stasiun radio ini menjangkau hingga 12.000 kilometer antara Indonesia dan Belanda.
Baca juga: Profil Anggito Abimanyu, Lengkap Riwayat Pendidikan, Usia, Agama Hingga Perjalanan Karir
Stasiun radio Malabar diakui sebagai salah satu stasiun radio yang penting dalam sejarah perkembangan radio dunia, bahkan disebut sebagai “World's Most Powerful Arc Transmitter Ever”, atau pemancar busur paling kuat yang pernah ada. Setelah diresmikan, stasiun ini menjadi pusat komunikasi, menyebarkan berita ke berbagai daerah di Hindia Belanda yang telah memiliki fasilitas radio. Hal ini memungkinkan surat kabar untuk menyebarkan informasi ke berbagai daerah dengan lebih efisien.
Namun, setelah terjadi perubahan politik akibat kekalahan Belanda dari Jepang, stasiun radio Malabar berpindah tangan ke tangan Jepang, yang memanfaatkan fasilitas tersebut untuk kepentingan mereka. Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, stasiun radio ini masih berfungsi, meskipun sempat mengalami kerusuhan selama konflik antara Indonesia dan Belanda.
Ketika proses penghancuran stasiun dimulai, tujuannya adalah untuk memblokir komunikasi antara Belanda yang menguasai Bandung dan pemerintah Belanda. Saat ini, yang tersisa dari Stasiun Radio Malabar hanyalah reruntuhan dan fondasi, sebuah bukti bahwa stasiun ini dulunya merupakan salah satu stasiun radio terbesar dan paling terkemuka di wilayah ini.